Bulan purnama terjadi sekitar sebulan sekali saat posisi Matahari, Bumi, dan Bulan berbaris pada garis imajiner 180 derajat. Orbit Bulan hanya 5 derajat berbeda dari Bumi, jadi biasanya lebih tinggi sedikit atau lebih rendah dari bayangan Bumi.
Bulan Purnama Warna Merah
Sementara itu saat Bulan Purnama, sebagian atau seluruh bayangan Bumi jatuh ke Bulan menjadi gerhana Bulan. Fenomena itu berikutnya terjadi bulan depan pada 15-16 Mei 2022, saat gerhana Bulan total mengubah Bulan menjadi warna merah karat atau disebut Bulan Darah.
Bulan yang biasanya berwarna putih berubah menjadi warna merah karena cahaya Matahari mengelilingi Bumi. Yakni saat atmosfer menyaring panjang gelombang yang lebih pendek, seperti biru dan ungu, namun memungkinkan panjang gelombang merah dan oranye melewatinya, artinya bisa mencapai Bulan dan mengubahnya menjadi merah anggur.
KOMPAS.com - Hari ini, Rabu (26/5/2021), jangan melewatkan kesempatan langka untuk menyaksikan gerhana bulan total (GBT) yang berwarna merah atau yang disebut dengan Bulan Merah Super (Super Blood Moon).
Selama gerhana bulan total, Bumi bergerak di antara Matahari dan Bulan dan memutus suplai cahaya Bulan. Ketika ini terjadi, permukaan Bulan menjadi bercahaya kemerahan dan bukannya menjadi gelap gulita.
Ternyata warna kemerahan saat gerhana Bulan total disebabkan oleh fenomena yang disebut hamburan Rayleigh. Ini adalah mekanisme yang sama yang menyebabkan matahari terbit dan terbenam berwarna-warni dan langit terlihat biru.
Meskipun di mata manusia sinar matahari mungkin terlihat putih, sebenarnya mereka terdiri dari warna yang berbeda. Warna-warni ini terlihat melalui prisma atau pelangi. Melansir Time and Date, Jumat (19/11/2021), warna pada spektrum merah memiliki panjang gelombang yang lebih panjang dan frekuensi yang lebih rendah dibandingkan dengan warna pada spektrum ungu yang memiliki panjang gelombang lebih pendek dan frekuensi lebih tinggi. Sinar matahari yang dipantulkan oleh permukaan bulan inilah yang membuat Bulan berwarna merah.
Pada Bulan, warna merah yang dipancarkan saat terjadinya gerhana bulan total disebabkan oleh atmosfer Bumi. Lapisan udara yang mengelilingi planet kita terdiri dari berbagai gas, tetesan air, dan partikel debu. Ketika sinar matahari yang memasuki atmosfer bumi mengenai partikel yang lebih kecil dari panjang gelombang cahaya, dia akan tersebar ke arah yang berbeda. Namun, tidak semua warna dalam spektrum cahaya tersebar merata. Warna dengan panjang gelombang yang lebih pendek, terutama warna ungu dan biru, tersebar lebih kuat, sehingga mereka dihilangkan dari sinar matahari sebelum menyentuh permukaan Bulan selama gerhana bulan. Mereka yang memiliki panjang gelombang lebih panjang, seperti merah dan oranye, melewati atmosfer. Cahaya merah-oranye ini kemudian dibelokkan atau dibiaskan di sekitar Bumi, mengenai permukaan Bulan dan memberinya cahaya oranye kemerahan yang terkenal dengan gerhana bulan total.
Bulan dapat mengambil berbagai warna merah, oranye, atau emas selama gerhana bulan total, tergantung pada kondisi atmosfer bumi pada saat gerhana. Jumlah partikel debu, tetesan air, awan, dan kabut semuanya dapat memengaruhi warna merah. Abu vulkanik dan debu di atmosfer juga dapat menyebabkan Bulan menjadi gelap saat terjadi gerhana.
Di Indonesia, laman time and dates menuliskan akan terjadi pada Minggu (17/4/2022) dini hari jelang waktu sahur. "Ini akan jadi akhir pekan bulan purnama," kata eksekutif program Direktorat Misi Sains di Markas Besar NASA, Gordon Johnston, dikutip Live Science, Kamis (14/4/2022).
Di samping itu ia menjelaskan muasal fenomena ini dinamakan Pink Moon. Hal ini karena menurut almanak petani di Amerika Serikat, purnama di bulan April bertepatan dengan tumbuhnya bunga Phlox (semacam Geranium), yang berwarna merah jambu.
Andi mengatakan bunga itu hanya tumbuh di benua Amerika. Jadi, warna pink tidak merujuk pada purnama yang berwarna pink melainkan fenomena musim yang mencirikan purnama tersebut. "Setiap purnama memiliki namanya masing-masing disesuaikan dengan musim yang terjadi saat itu," ucap dia.
KOMPAS.com - Gerhana Bulan Sebagian yang terjadi hati ini disebut sebagai fenomena gerhana terlama di abad 21. Namun, setiap proses terjadinya gerhana bulan, bulan akan tampak berwarna merah.
Saat siang hari, gelombang cahaya matahari yang terdiri berbagai warna disaring melalui atmosfer Bumi, di mana molekul gas nitrogen dan oksigen membiarkan panjang gelombang yang lebih panjang seperti warna merah, oranye dan kuning langsung menuju ke permukaan tanah.
Namun saat gerhana bulan total membuat buat tampak berwarna merah, panjang gelombang yang lebih pendek seperti warna violet dan biru diserap lalu tersebar ke segala arah. Proses ini pula yang membuat langit terlihat berwarna biru di siang hari.
Menurut NASA, keadaan atmosfer juga dapat memengaruhi tingkat kecerahan warna. Misalnya, partikel ekstra di atmosfer, seperti abu dari kebakaran hutan besar atau letusan gunung berapi dapat menyebabkan bulan tampak lebih gelap.
Teorinya, selama gerhana total, Bulan tidak tampak karena sinar matahari, yang diblok Bumi, tidak mencapai Bulan. Kenyataannya, Bulan tetap tampak, tetapi berwarna merah. Itu karena Bulan tetap terkena cahaya Matahari. Cahaya tersebut bukan cahaya langsung, melainkan cahaya yang dipantulkan atmosfer Bumi dan tetap mencapai Bulan.
Debu dan gas pada atmosfer menyaring gelombang warna biru dari sinar Matahari. Cahaya yang lewat hanya berwarna merah. Karena itulah Bulan berwarna merah. "Warna Bulan saat gerhana sangat tergantung pada kondisi atmosfer," kata Ben Burress, astronom dari Chabot Space & Science Center in Oakland, California.
Di bumi, sinar merah dapat terlihat saat matahari terbit dan terbenam. Faktanya, warna merah yang terlihat saat gerhana bulan total terjadi adalah kombinasi sinar merah dari matahari terbit dan terbenam yang terjadi di bumi pada saat bersamaan.
Liputan6.com, Jakarta - Gerhana bulan total satu-satunya tahun 2021 ini akan menerangi langit pada Rabu 26 Mei 2021, saat bulan purnama melewati bayangan Bumi. Selama gerhana bulan yang dikenal sebagai 'Super Flower Blood Moon', warna satelit planet kita akan berubah menjadi merah bata.
Dikutip dari Live Science, Senin (24/5/2021), warna pada gerhana bulan total adalah yang paling dramatis dari tiga jenis gerhana bulan (dua lainnya disebut parsial dan penumbral). Selain itu, kesempurnaan adalah suatu keharusan: Gerhana bulan total hanya terjadi ketika matahari, Bumi, dan bulan berbaris dengan sempurna.
Ketika bulan bergeser ke bagian terluar bayangan bumi, menjadi benar-benar bermandikan bagian paling gelap dari bayangan itu, mengapa hasilnya bukan seperti "lampu padam" untuk langit? Mengapa bulan malah diselimuti cahaya jingga hingga merah darah?
Menurut NASA, kondisi atmosfer juga dapat mempengaruhi kecerahan warna. Misalnya, partikel tambahan di atmosfer, seperti abu dari kebakaran besar atau letusan gunung berapi dapat menyebabkan bulan tampak berwarna merah yang lebih gelap.
Peneliti Pusat Riset Antariksa BRIN, Andi Pangerang menjelaskan makna bulan purnama di bulan April ini. Menurut almanak petani di Amerika Serikat, purnama di bulan April ini bertepatan dengan tumbuhnya bunga phlox atau semacam Geranium yang berwarna merah jambu.
Pink Moon terjadi setiap bulan April sedangkan purnama paskah terjadi setiap menjelang hari raya paskah dan tidak selalu jatuh bertepatan dengan Pink Moon, bisa juga bertepatan dengan Worm Moon di bulan Maret. (OL-13)
REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Gerhana bulan total kedua pada tahun ini akan mengubah bulan menjadi warna tembaga kemerahan selama 85 menit pada 8 November 2022. Namun, gerhana bisa terlihat dengan mata telanjang secara aman akan bergantung pada lokasi Anda di planet ini.
Dilansir dari Space, Selasa (1/11/2022), sering disebut bulan darah atau blood moon, gerhana bulan total, terjadi saat bulan purnama (dalam hal ini beaver moon November) bergerak ke dalam bayangan umbra Bumi dan hanya menerima cahaya yang pertama kali disaring oleh atmosfer Bumi, akan terlihat dari Amerika Utara dan sebagian Amerika Selatan, Asia, Australia, dan Selandia Baru.
Terlepas dari julukannya, bulan yang benar-benar gerhana terlihat berwarna oranye-tembaga kemerahan dan bukan warna merah darah. Selama gerhana bulan total, bulan purnama pertama melewati penumbra atau bayangan luar kabur Bumi (tetapi abu-abu, tetapi semakin gelap) dan kemudian memasuki umbra Bumi atau bayangan tengah yang dalam.
Satu-satunya sinar matahari yang mencapai bulan melewati atmosfer bumi, yang mengubah permukaan bulan menjadi merah, jingga, dan kuning memiliki panjang gelombang terpanjang, sehingga gelombang cahaya ini hanya mengenai sedikit partikel saat bergerak melalui atmosfer bumi dibandingkan dengan cahaya biru, yang memiliki panjang gelombang lebih pendek. Semakin banyak debu atau awan di atmosfer Bumi selama gerhana, semakin merah Bulan akan muncul, menurut NASA.
Ini seperti ribuan matahari terbenam dan matahari terbit yang dipantulkan oleh bulan. Gerhana penumbra jauh lebih halus. Mereka terjadi ketika bulan purnama hanya melewati bayangan penumbra Bumi yang jauh lebih terang.
Thomas Djamaluddin Kepala Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional (Lapan) mengatakan, pada Rabu malam, bulan akan tampak lebih besar dari purnama biasanya dan terlihat merah seperti darah (blood moon) karena terjadi gerhana bulan.
Pada saat itu, lanjutnya, bulan tidak akan gelap total karena masih ada cahaya matahari yang dipantulkan atau dibiaskan oleh atmosfer bumi. Warna merah matahari akan diteruskan, membuat warna bulan menjadi merah seperti daerah.
Fase gerhana ini aman untuk dilihat dengan mata telanjang sama seperti saat melihat bulan purnama, sehingga tidak perlu menggunakan alat khusus. Dengan binokuler atau teleskop tentu akan bisa melihat gerhana secara lebih detil, bagian kawah-kawah di bulan dan pergeseran gelap di purnama tersebut. (iss/ipg)
Bunga liar tersebut berwarna merah muda sampai ungu sesuai dengan namanya. Hal ini merupakan fenomena Bulan Purnama yang pertama setelah terjadinya titik balik pada musim semi Utara. Fenomena ini terkenal dengan nama Bulan Purnama Paskah. 2ff7e9595c
Comments